#CeritaMaternityLeavesnyaPuput
|
Zayd - 1,5 months old |
Long time no poosssst! Alhamdulillah saat ini sudah kembali ke rutinitas sebelumnya yaitu pergi ke kantor. Cuma bedanya, sekarang udah punya baby di rumah dan jobdesc di kantor juga nambah, yaitu pumping! hehe. Pasti buibu di sini yang punya bayi dan masih menyusui mengalami hal yang sama bukaan?
Okay kali ini aku mau cerita tentang syndrome Baby Blues yang menjadi most common question kepada aku pasca melahirkan. Apa sih Baby Blues itu?
"Baby Blues syndrome atau sering disebut Postpartum Distress Syndrome adalah gangguan psikologis berupa sedih, cemas dan emosi meningkat yang dialami sekitar 50- 80% wanita setelah melahirkan khususnya bayi pertama."
Ngeri ya kalau baca di beberapa artikel, beberapa ibu yang baru melahirkan (ibu baru khususnya) jadi ga waras karena punya bayi. Bukan, bukan karena si ibu tidak siap punya bayi, tapi lebih ke shock karena adanya perubahan kehidupan yang cukup drastis dari yang tadinya berdua doang sama suami, bisa haha haha hihi hihi, bisa ke sana ke mari, mau ngapain aja suka suka sendiri, bisa tidur sepanjang hari begitu punya bayi harus sigap 24 jam, harus menyusui, mau ngapain aja suka susah (bahkan ke kamar mandi juga susah) karena ada bayi, belum lagi rasa sakit yang menyelimuti pascamelahirkan, harus dengerin "omongan" orang-orang sekitar, dan seterusnya.
Kaget?
Kalau aku 50:50
Setelah melahirkan (situasi masih di rumah sakit) adalah masa-masa yang cukup melelahkan. Pasalnya, pascaoperasi badan masih terkulai lemah sambil menunggu reaksi obat bius berkurang dan menghilang. Diajak ngobrol orang lain antara nyambung dan gak nyambung, menggigil (ini yang paling ga enak) dan berkeringat di waktu yang bersamaan tanpa bisa berbuat apa-apa. Posisi tidur tidak boleh berubah, kepala boleh bergerak ke kanan dankiri tapi posisinya tiduran, ga boleh banyak gerak dan tentu saja belum boleh duduk. Tapi atas saran dokter, aku berusaha untuk mempercepat hilangnya pengaruh obat bius dengan terus berusaha menggerak-gerakkan kaki. Alhamdulillah sekitar jam 10 malam di hari yang sama, kakiku sudah bisa aku gerakkan sendiri. Dan di waktu yang bersamaan, Z masuk ke kamar rawat bersama aku. Baby blues? belum
Alhamdulillah, ASIku sudah keluar di hari pertama pasca operasi tersebut. Bahkan sebelum melahirkan pun ASIku sudah sedikit keluar. Suster yang waktu itu membawa Z ke kamarku bilang kalau Z harus disusui maksimal 3 jam sekali. Karena ASIku udah keluar, aku semangat banget nih mau susuin Z setiap 3 jam sekali walaupun harus menyusui sambil tidur karena aku belum boleh banyak gerak. Tapi ternyata, Zayd tidur terus... susah banget bangunin dia untuk minum susu. Padahal udah dikitikin, dibuka bedongnya, diapa-apain lah pokoknya, tapi Zayd susaaah bener dibangunin untuk minum susu. Sampai akhirnya PD ku berasa agak keras kalau dipegang.
Tiba-tiba dokter laktasi (wanita) visit ke kamarku dan ditanya apakah ASI sudah keluar atau belum. Aku sampaikan kondisi anakku yang susah banget dibangunin. Tiba-tiba dokter laktasi tersebut mendaratkan tangannya di PD ku yang keras dan dipencet dong!. Sakit bangettttt waktu si dokter memencet PDku yang keras itu. Dipegang aja sakit, ini dipencet!! sebel banget huhuhuhuhu. Sambil agak ngomel "ibu gimana sih PD nya sampai bengkak gini. Bayi ga mau minum bu kalau PD nya bengkak." dan sebagainya-dan sebagainya. Intinya, PD yang bengkak harus segera dikeluarkan ASInya. Bisa diminumkan ke bayi atau dipompa. Tapi karena Zayd susah bener buka mulut buat minum, mau ga mau harus dipompa.
Gak terbayang sebelumnya kalau aku harus mompa PD. Aku pikir aku gak akan pernah memerlukan bantuan alat pompa tersebut karena insyaAllah anakku minumnya pinter. Tapi ternyata...gak semudah yang dibayangkan. Pasalnya, aku pernah menemani tanteku yang baru lahir dan mompa PD karena bayi nya masuk inkubator. Selama menemani tanteku itu, tanteku seperti kesakitan waktu mompa.. Itulah kenapa aku ga mauu pakai pompa.
Tapi salahku juga sih ga aware soal PD keras dan bengkak gitu dari awal. Konon PD bengkak pasca melahirkan adalah karena ASI yang sudah penuh di PD dan belum dikeluarkan. Dan benar adanya, awal-awal pascamelahirkan itu kan si baby belum banyak minum karena lambungnya masih kecil. Cuma muat 5-10 ml susu paling banyak. Sesaat dokter laktasi akan keluar kamar ku, beliau bilang "pokoknya ya bu, jangan mau kalau disuruh dikasih sufor". Ok sip, dok!
Jadi kesimpulan dari drama PD di"colek" sama dokter laktasi ini adalah : Cari informasi sedini mungkin tentang laktasi kalau kamu mau memberikan ASI eksklusif kepada bayi kamu nanti. Bener sih, bisa belajar seiring berjalannya waktu. Tapi tetap, kalau tau lebih dulu jauh lebih baik karena kamu bakal siap. Jadi trial errornya bisa diminimalisir saat bayi sudah ada di depan kamu.
Drama menyusui dimulai. Sampai rumah, ternyata Zayd masih harus dibangunkan dengan susah payah agar mau minum. Sampai-sampai PD ku bengkak lagi dan ga nyaman banget, bikin pusing dan pening. Nanya sama mama-mama enaknya diapain, kata beliau-beliau ya ditahan aja.. emang sakit.. Tapi aku gak puas dengan jawaban mama-mama itu.. huhuhu masa sakit harus ditahan. Aku gak mau kalau nanti PD bengkak ini berubah menjadi masitis.
Mastitis adalah peradangan payudara biasanya disebabkan oleh infeksi. Hal ini dapat terjadi pada setiap wanita, meskipun mastitis yang paling umum terjadi dalam 6 bulan pertama menyusui. Mastitis dapat membuat Ibu merasa sangat lelah dan sakit.
Pengeeen rasanya ngacir beli breastpump di toko baby deket rumah. Tapi ingat kalau kondisi belum pulih benar, punya bayi yang harus dijaga 24h. Yang ada, kalau keliatan orang rumah pakai baju rapi dan ngacir keluar rumah, bisa diomelin hehe.
Selama breastpump belum dibeli, PD bengkak gaenak banget. Sampe males mandi karena kalau kena air sakitt banget. Sedangkan Zayd enak banget boboknya, susah dibangunin. Kalaupun minum ya sedikit. Selain itu, saking bengkaknya, ASI merembes alhasil baju jadi basah terus. Aku pernah sampai menggigil karena begitu bangun tidur, bajuku basah. Dan itu rasanya awut-awutan. Udah jahitan masih sedikit terasa sakit, jadwal tidur jadi berantakan, asi rembes terus, keseel rasanya. Tapi kalau dipikir lagi, aku kesel sama siapa? gak ada. Kesel aja.. sampai aku pernah berfikir untuk mencari obat biar ASI ku stop atau berkurang biar ga rembes. Belum lagi, dengerin kata kata dari orang luar yang ga boleh ini itu, ibu baru lahiran harus begini begitu, belum lagi dijejelin dengan mitos-mitos yang entahlah dari mana asalnya dan sebagainya. Makin stres lah aku.
Untungnya, aku masih mau momong bayiku.
Alhamdulillah setelah breastpump mendarat cantik di rumah (makasih banyak suami sayang!), pelan-pelan PD yang bengkak sedikit demi sedikit mengempis dan akupun bisa bernafas lega.
Tapi gak sampai di situ. Putingku berdarah, lecet, semakin bikin aku takut menyusui. Rasanya baal, tapi alhamdulillah masih waras. Karena konon puting lecet obatnya adalah bayi nya sendiri dan belajar cara latch on yang baik biar putingnya gak luka atau sakit.
***
Another drama perASIan
Saat itu aku berniat untuk stock ASIP untuk Zayd kalau aku sudah kembali ke kantor lagi. Tapi sayangnya masih kurang dukungan orang-orang sekitar.
"Kok dikeluarin terus sih ASInya? Anaknya mau dikasih susu sisa?"
"Tuh anaknya ga mau nyusu, karena ga keluar ASInya. Dipompa terus sih"
"Ibu menyusui harus makan banyak. Makanya ibu menyusui itu gemuk-gemuk."
"Kalau saya dulu gak pernah lecet, soalnya gak meyusui"
Statement tersebut bikin aku pengen nyerah dan ngasi bayiku sufor saja. Aku jadi makin stres karena anakku nangis tiap dikasih ASI di saat PD ku kempes. Aku terus membatin, "apa niatku untuk menyetok ASIP ini salah? ASIku beneran abis kah setelah dipompa? Tuh kan Zayd nangis, ASIku habis.. huhuhuhu" dan sebagai-sebagainya. Sampai aku merasa jadi ibu yang gagal karena gak bisa nyetok ASIP dan Zayd nangis terus kalau aku kasih di PD yang agak kempes. Tambah stres lagi ketika buka instagram dan buka hashtag #ASIP dan #PejuangASI. Di sana banyak foto ibu-ibu yang berhasil nyetok ASIP sampai berkulkas-kulkas. Sedangkan aku? boro-boro...rasanya ingin menghapus aplikasi IG dari handphone.
Memang the power of support dari keluarga, khususnya suami itu efeknya luar biasa. Apalagi suami yang tetap support walaupun yang lain gak percaya kalau aku bisa kasih ASI dan nyetok ASIP. Gak mesti support yang gimana-gimana sih. Buatku, keluh kesahku didengerin aja sudah jadi amunisi semangat. Sampai akhirnya aku berhasil merubah mindset kalau ASIku cukup untuk Zayd, jaga mood supaya selalu positive thinking dan happy, bisa membuat bayiku latch on dengan baik, menemukan posisi ternyaman menyusui tanpa harus gendong bayi, alhamdulillah dari situ aku pelan-pelan bisa menikmati proses meyusui. Rasanya? Indaaaaaaaahhhhhh banget.. alhamdulillahh. Liat Zayd minumnya lancar dan aku gak kesakitan rasanya bahagiaaa.. masyaAllah :')) Semoga lulus S1 aamiin.
Next post : Peralatan apa saja sih yang aku pakai selama masa-masa menyusui?