Gak berasa sudah mau tahun baru 2016 ajaa. Di social media sudah makin banyak teman-teman yang pergi liburan. heuheu. Berhubung di libur akhir tahun 2015 ini aku gagal liburan, jadi mari kita mengenang liburan bulan madu yang berlangsung di bulan September-Oktober lalu. Yang pasti liburanya waktu itu tak terlupakan banget karena jadi momen pertama pergi melancong bersama suami tercinta. *cihiw*.
Melanjutkan cerita jalan-jalan ala pengantin baru di lokasi bulan madu paling mainstream se Indonesia, Bali, kali ini di hari ke-3 kami mengunjungi beberapa tempat yang lokasinya ga jauh dari tempat kami menginap, Ubud. Gak lengkap rasanya kalau sudah sampai di Ubud, tapi kita gak explore Ubud sendiri seperti apa. Betul? betul.
Melanjutkan cerita jalan-jalan ala pengantin baru di lokasi bulan madu paling mainstream se Indonesia, Bali, kali ini di hari ke-3 kami mengunjungi beberapa tempat yang lokasinya ga jauh dari tempat kami menginap, Ubud. Gak lengkap rasanya kalau sudah sampai di Ubud, tapi kita gak explore Ubud sendiri seperti apa. Betul? betul.
Berbekal pengalaman sehari sebelumnya, dimana sang kakanda sudah survey itin duluan sembari lari pagi di sekitar Ubud (while istrinya goler-goler sambil nonton tv kabel di hotel --"), hari ke-3 ini kita mulai dengan melewati Ubud Centre, menuju museum Antonio Blanco, Tegalalang, kemudian kembali ke Ubud Centre. Tapii.. karena di dalam museum Antonio Blanco ini gak boleh diabadikan, jadi mari kita skip aja ya manteman. Cuma sempet foto-foto dikit di tamannya.. asri banget, homey tapi agak spooky sih pas masuk ke museumnya. Nanti lah kapan-kapan aku cerita di postingan selanjutnya yaa.
Ubud Centre ini semacam "tempat rame" nya Ubud. Jadi, di sepanjang jalan tuh berjejer kafe-kafe, restaurants, toko-toko pernak-pernik bali, toko-toko pakaian dan dilengkapi dengan banyaknya bule berkeliaran. Jadi rasanya seperti jalan-jalan di daerah yang budayanya masih kental tapi tetap ada modern-modernnya. Gimana enggak, di Ubud Centre ini kita bisa lihat pemandangan kegiatan sehari-hari warga Bali (anak-anak pulang sekolah, orang lokal berdagang, orang lokal beribadah dsb) dan turis asing yang sedang berwisata di waktu yang bersamaan. Agak kontras memang, tapi entah mengapa indah aja gitu melihat pemandangan tersebut. Oiya, tempat ini lebih enak dijelajahi dengan berjalan kaki sambil menikmati pemandangan di sekeliling. Jalan juga ga berasa capek karena mata terdistract dengan pemandangan di sekitar. Satu yang berhasil bikin ga terdistract dengan suasana Ubud Centre ini, yaitu.. Laper!
Ubud Centre ini semacam "tempat rame" nya Ubud. Jadi, di sepanjang jalan tuh berjejer kafe-kafe, restaurants, toko-toko pernak-pernik bali, toko-toko pakaian dan dilengkapi dengan banyaknya bule berkeliaran. Jadi rasanya seperti jalan-jalan di daerah yang budayanya masih kental tapi tetap ada modern-modernnya. Gimana enggak, di Ubud Centre ini kita bisa lihat pemandangan kegiatan sehari-hari warga Bali (anak-anak pulang sekolah, orang lokal berdagang, orang lokal beribadah dsb) dan turis asing yang sedang berwisata di waktu yang bersamaan. Agak kontras memang, tapi entah mengapa indah aja gitu melihat pemandangan tersebut. Oiya, tempat ini lebih enak dijelajahi dengan berjalan kaki sambil menikmati pemandangan di sekeliling. Jalan juga ga berasa capek karena mata terdistract dengan pemandangan di sekitar. Satu yang berhasil bikin ga terdistract dengan suasana Ubud Centre ini, yaitu.. Laper!
Makanan Halal di Ubud Centre
Untung si abang ganteng ngerti kalau istrinya udah mulai senewen karena laper. Walaupun udah ditambal sama ice cream, tapi tetep aja yang namanya laper berarti butuh nasi dan lauk *Indonesia banget ya hehe*. Akhirnya mulailah kita liat-liat kanan kiri restoran mana yang pengen kita icip. Di setiap restaurant kan ada menu di depan pintu masuk.. kita buka-buka buku menunya, sambil ngiler.. tau-tau ada menu "pork" atau "b*bi guling" (sepanjang jalan Ubud tuh restaurantnya B*biiiiii semua.. sedih deh). Walaupun kita bisa pesen menu non-pork, tapi kita pikir piringnya pasti udah kecampur-campur deh. Well, begitu terus sampe laper pake banget. Oiya, kita sempat kepikiran mau masuk ke restoran andalan kita semua, tak lain dan tak bukan adalah restoran Padang. Tapi jauh sebelum rencana bulan madu ini, aku pernah dengar dari tanteku yang tinggal di Lombok dan lagi liburan ke Bali, one day waktu mau makan di restoran Padang, tanteku ngeliat kepala b*bi lagi nongkrong di samping etalase makanannya. Buru-burulah tanteku waktu itu keluar dan batal makan masakan padang. Dari situlah aku jadi agak parno sama restoran padang di Bali :(. Sampai kita pikir apa kita nambel lagi pake kue-kue starbuck aja kali yah, trus makannya di hotel aja. Tapi tetep tak bisaaa... aku laparrrr....
Untung ada google, mulailah pasangan -melek teknologi- ini mencari restoran halal di sekitaran Ubud Centre. Ternyata.. ketemu! namanya Warung Igelanca. Kemudian, kita telusuri lah Warung Igelanca tersebut berdasarkan Google Maps dan Street View. Bolak-balik di tempat yang ditunjukkan sama google maps tapi tak kunjung kelihatan tempat makan halal tersebut. Kami udah mulai cranky nan capek dan rasanya mau masuk aja ke restoran lain sambil "tutup mata" dan baca bismillah sebanyak-banyaknya. Tapi tetep ga nyaman.
Udah ada lebih dari setengah jam kali ya memerhatikan yang namanya google maps, sepertinya restoran yang dimaksud sudah gulung tikar. Akhirnya pasangan -melek teknologi- harus menyadari kenyataan kalau Google maps ga bisa bantu dan balik ke cara jadul yaitu.. bertanya kepada masyarakat sekitar. Dua sampai tiga orang kami tanya dan akhirnya...ketemu juga Warung Igelanca ini. Langsung lah buru-buru kami merapat ke restoran halal tersebut. Ternyata Google street viewnya meleset dari lokasi sebenarnya si restoran ini. Jadi pantesan aja ga ketemu-ketemu.
Karena kami udah laper banget dan di saat yang bersamaan masing masing dari kami "diganggu" oleh kantor, jadi maap makanannya gak kita foto ya.. Yang ku ingat, suami pesan soto ayam *kalau ga salah* dan aku ambil menu makanan ayam betutu. Bagaimana rasanya pemirsa? hmm... hamfaaaarrrr... Bahkan kami yang kelaperan ini bisa ngerasain kalau masakannya rasanya hambar, gimana orang yang ga laper-laper banget ya. Selidik punya selidik sepertinya rasa masakan di restoran di Bali ini mungkin sudah disesuaikan dengan lidah orang bule yang lidahnya gak ngebumbu banget, jadi aja rasanya buat lidah Indonesia kami sangat jauh dari kata enak. Tapi at least alhamdulillah.. perut kami udah isi. Doa kami cuma satu. Di perjalanan ke tempat wisata selanjutnya, kita bertemu dengan McD atau KFC. hehehe
To be continued...
Warung Igelanca :
Jl Raya Ubud, Padangtegal Kaja, Ubud, Kec. Gianyar, Bali.
Untung ada google, mulailah pasangan -melek teknologi- ini mencari restoran halal di sekitaran Ubud Centre. Ternyata.. ketemu! namanya Warung Igelanca. Kemudian, kita telusuri lah Warung Igelanca tersebut berdasarkan Google Maps dan Street View. Bolak-balik di tempat yang ditunjukkan sama google maps tapi tak kunjung kelihatan tempat makan halal tersebut. Kami udah mulai cranky nan capek dan rasanya mau masuk aja ke restoran lain sambil "tutup mata" dan baca bismillah sebanyak-banyaknya. Tapi tetep ga nyaman.
Udah ada lebih dari setengah jam kali ya memerhatikan yang namanya google maps, sepertinya restoran yang dimaksud sudah gulung tikar. Akhirnya pasangan -melek teknologi- harus menyadari kenyataan kalau Google maps ga bisa bantu dan balik ke cara jadul yaitu.. bertanya kepada masyarakat sekitar. Dua sampai tiga orang kami tanya dan akhirnya...ketemu juga Warung Igelanca ini. Langsung lah buru-buru kami merapat ke restoran halal tersebut. Ternyata Google street viewnya meleset dari lokasi sebenarnya si restoran ini. Jadi pantesan aja ga ketemu-ketemu.
Karena kami udah laper banget dan di saat yang bersamaan masing masing dari kami "diganggu" oleh kantor, jadi maap makanannya gak kita foto ya.. Yang ku ingat, suami pesan soto ayam *kalau ga salah* dan aku ambil menu makanan ayam betutu. Bagaimana rasanya pemirsa? hmm... hamfaaaarrrr... Bahkan kami yang kelaperan ini bisa ngerasain kalau masakannya rasanya hambar, gimana orang yang ga laper-laper banget ya. Selidik punya selidik sepertinya rasa masakan di restoran di Bali ini mungkin sudah disesuaikan dengan lidah orang bule yang lidahnya gak ngebumbu banget, jadi aja rasanya buat lidah Indonesia kami sangat jauh dari kata enak. Tapi at least alhamdulillah.. perut kami udah isi. Doa kami cuma satu. Di perjalanan ke tempat wisata selanjutnya, kita bertemu dengan McD atau KFC. hehehe
To be continued...
Warung Igelanca :
Jl Raya Ubud, Padangtegal Kaja, Ubud, Kec. Gianyar, Bali.