Satu Bulan Puasa Media Sosial

March 30, 2021

 


Belakangan sering baca igs teman-teman tentang kejenuhannya dalam bermedsos. sampai pada akhirnya 'jenuh' bermedsos itu melanda diriku. dibilang ikut-ikutan sebenernya ga juga sih. tapi kalau dipikir-pikir memang kalau yang namanya pegang handphone buka medsos tuh bikin nagih dan suka blank ajaa gitu udahannya. Ngerasa ga sih? 


Jadinya, karena terlalu konsen sama dunia maya, yang ada di dunia nyata malah terabaikan. Misal, harusnya waktu 30 menit itu bisa digunakan untuk ngeblog atau masak, beres-beres, atau sekedar ngobrol sama pasangan dan anak. Tapi karena terlalu fokus sama medsos, jadinya kerjaan terbengkalai, quality time sama keluarga juga nyaris gak ada, menurutku malah kalau kelamaan bermedsos jadi ga konsen ngapa-ngapain. 


Nah, kebetulan tahun pandemi seperti sekarang ini kan nyaris berita tentang pandemi ini terupdate tersaji dengan lengkap nan informatif (komplit dengan berita hoax nya tentu saja) di medsos, khususnya instagram, jujur bikin aku capek, overthinking dan berujung anxiety a.k.a parno. Saking terlalu banyak terpapar dengan informasi tersebut, kok ya seolah-olah rasanya tahu  cara membuka mata batin segala. Heuheu


Jujur maju mundur mau memutuskan untuk istirahat gak bermedsos lagi, karena ternyata sebiasa-biasanya kita sama medsos, selama medsos tersebut masih bisa diakses/ ada di handphone, pasti deh bakal kita buka. Maka dari itu akhirnya aku memutuskan untuk men-disable instagram (karena dalam case ini, instagram lah yang sering aku akses). Kenapa disable? karena niatnya kan cuma istirahat aja, yang berarti di waktu yang akan datang aku akan buka instagram lagi. Lagipula ada beberapa pekerjaan profesional di instagram yang gak bisa ditinggalkan. 


Ternyata, untuk mendisable kan akun instagram juga agak ribet ya, gak bisa langsung diakses via aplikasinya. Caranya, kita harus login instagram lewat browser. Lalu di sana akan ada beberapa pertanyaan sebelum akhirnya request men-disable kan akun instagram kita dikabulkan oleh instagram. Gak lama, sekitar 2-3 menit prosesnya, langsung deh akun pupututami sudah tidak bisa ditemukan di instagram. 


Rasanya? plonggggg. Enak juga gak buka instagram. Gak perlu lihat instagram orang lain, gak perlu tahu update berita, jadi ya fokus saja sama dunia nyata. Komunikasi sama keluarga dan teman-teman ternyata lebih berkualitas dan personal saat dilakukan lewat chat/ short message atau bahkan lewat telfon (ngobrol langsung) daripada basa basi di medsos. hehee menurutku loh ya! gak sependapat gakpapa lohh..


Kalau dipikir-pikir, luar biasa juga ya efek perkembangan teknologi dalam hidup kita sebagai manusia. Manusia dibikin bergantung banget sama yang namanya teknologi. Sehingga kalau sampai kebablasan, bisa membuat manusia lupa akan fitrahnya, lupa bersyukur, lupa kalau di atas sana ada yang memperhatikan, lupa kalau hisab nanti kita gak akan ditanya tentang berapa kali sehari kita buka sosmed. 


Di sisi lain manfaat teknologi juga sangat amat banyak. Tinggal kita nya lah sebagai manusia memilah dan memilih mana yang bermanfaat bagi diri kita dan mana yang kebanyakan "khayalan" atau yang gak bermanfaat bagi kita. you decide lah!


Alhamdulillah, satu bulan (feb-mar) aku puasa medsos (instagram). Kalau bahasa kekiniannya "detox" hehe. Efeknya sekarang jadi males liat igs (cuma lihat 2-3 udpate-an akun awal), jadi banyakan fokus sama dunia nyatanya lah ya insyaAllah. Selain itu, pikiran juga lebih tenang dan anxiety jadi berkurang. Semoga istiqomah.. aamiin.. 


Love,

Puput

Selamat Menempuh Hidup Baru, Adik-adikku!

March 22, 2021

 


Masya Allah tabarakallah. Udah lama ya gak update kehidupan hehehe. Buat teman-teman yang mungkin pernah ngikutin blog aku dari awal-awal, pasti tau kalau aku deket banget sama adik-adiku. Nah, singkat cerita Alhamdulillah kurang lebih satu tahun lalu salah satu adikku menikah. Time flies yaah subhanallah.




Mungkin sama seperti pernikahan lainnya di luar sana, pernikahan adikku ini pun berkesan sekali. Setidaknya untuk adikku dan calon istrinya (saat itu) dan tentu saja untuk keluarga kami. Tambah berkesan lagi karena tepat setahun yang lalu, Pandemi covid19 sedang hangat-hangatnya di Indonesia. Saat itu, hampir semua pernikahan yang sudah direncanakan dan dipersiapkan dari jauh-jauh bulan harus banting stir karena ada peraturan pemerintah yang melarang mengadakan acara yang berpotensi menimbulkan kerumunan, harus menjaga jarak, memakai masker dan aturan lainnya demi menekan angka penyebaran virus tersebut.


Begitu juga dengan rencana pernikahan adikku ini. H-2 minggu kami harus mencari venue yang bersedia dipakai untuk mengadakan pernikahan. Venue yang setahun sebelumnya sudah dibooking pun tidak berani mengadakan acara, walaupun jumlah undangan nyaris 70% dikurangi. Setelah musyawarah, diskusi dan mencari solusi, akhirnya kami mengikuti peraturan pemerintah dengan menetapkan tidak mengundang siapapun termasuk keluarga besar (khususnya dari luar kota). Jadi, yang hadir dalam acara tersebut hanya keluarga inti dan beberapa vendor. Itupun pada saat acara berlangsung, hanya 10 orang yang bisa berada di dalam ruangan akad nikah. Berat, memang. Apalagi sebagai orang Indonesia yah, kalau ada nikahan gak ngundang keluarga terjauh pun rasanya gaenakeun hehe. Terlebih keluarga besar pun sudah siap sekali terbang ke Jakarta untuk menghadiri rangkaian acara pernikahan adik kami. Alhamdulillah wa syukurillah kami memiliki keluarga besar yang support ditengah situasi dan kondisi yang tidak menentu. InsyaAllah walaupun raga tidak bertemu, tapi doa tetap menyatu untuk kami, khususnya kepada adik adik kami, si duo capeng.


Begitu juga dengan venue. Beberapa venue yang sudah dihubungi dan dikonfirmasi bisa mengadakan acara, mendadak memberi kabar tidak bisa digunakan. Jujur mau nangis rasanya kita tiap mendapat update dari kedua capeng ini. Denger updatenya aja mau nangis, apalagi ketemu langsung. Rasanya pengen dinikahin aja hari itu juga di rumah hahaha. Selain itu, dari rangkaian acara yang sudah dirancang sedemikian rupa akhirnya harus diputuskan hanya dilaksanakan akad nikah. Qodarulloh, akhirnya H-3 adik-adikku ini mendapatkan venue yang akan digunakan untuk prosesi akad nikah. Alhamdulillah.


Aku rasa ini tidak hanya terjadi kepada adikku, tapi di saat yang sama banyak calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan di awal pandemi mengalami hal yang sama. Sebagian besar meniadakan acara resepsi dan melaksanakan akad nikah hanya dengan keluarga inti. Walaupun demikian, acara pernikahan tersebut menurutku malah sangat sakral, intimate, sederhana, hangat dan syahdu. Entah kenapa aku merasanya pernikahan tersebut walaupun pada akhirnya tidak ada resepsi pernikahan, tapi masyaAllah sempurna b-a-n-g-e-t. 


Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, adik-adikku. Sehat-sehat selalu, rukun-rukun selalu, dikaruniai anak-anak yang soleh dan solehah dan semoga kita semakin menjadi keluarga yang kompak. saling bantu dan saling mengisi satu sama lain... aamiinn yaa rabbal'alamiin.


with Love,

Puput