Serba-serbi Jadi Ibu Rumah Tangga di Negara Orang

September 26, 2017


" Tinggal di luar negeri aja itu udah challenge, tinggal sama suami tantangannya dua kali lipat, sama anak tiga kali lipat, sama anak bayi empat kali lipat, jadi kalau kamu agak stress wajar, normal dan gak apa-apa."
Begitu isi text dari salah satu ibu-ibu perantauan Indonesia yang juga tinggal di HongKong. Secara garis besar, aku bisa bilang kami itu sama. Sama-sama ex wanita career, sama-sama orang Indonesia yang tinggal di HK, sama-sama punya bayi yang seumuran, bedanya beliau udah cukup lama tinggal di HK dan aku baru seumur jagung. Ketika beliau kirim text isinya begitu, rasanya nyessss banget di dada hahaha lebay but it's true.

***

Dari awal ada planning untuk ikut suami tinggal di HK yang kupikirkan adalah mau gak mau harus ngurusin ini itu semuanya berdua sama suami. Paitnya, gak ada yang bantu kita selain kita sendiri. Dan, hidup di luar negeri itu beda sama hidup di negara sendiri yang notabene kita udah paham medannya. Mau ini itu kita udah tau harus ngapa-ngapain aja. Mau nitipin anak ke orang tua bentar? bisaaa, masih mau haha hihi kesana kemari masih mudah, pengen makan ini itu dari yang gampang sampai makanan yang aneh-aneh tapi mager? tinggal order ojek online, bosen di rumah? straight to the mall, kemana-mana masih ada asisten yang dorongin stroller-nyuapin-bersihin Zayd, gamfang pokoknya. 

Namun ketika takdir berkata suami harus pindah ke luar negeri, jadi tantangan tersendiri buat aku untuk belajar jadi ibu rumah tangga yang sebenarnya huehehe gaya bener yak. Emang sebelumnya belum jadi ibu rumah tangga yang sebenarnya? Belum bangettt.. karena selama LDM-an sama suami aku masih sama orang tua, apalagi abis lahiran ya kan. Jadi masih yaa.. cincai lah. Tapi begitu pindah... jeng jeng jenggg. 

***

Buatku, sebenarnya hidup di luar negeri itu dibilang susah ya enggak, dibilang gampang ya enggak juga. Jadi, susah-susah gampang, tinggal gimana kita menyikapi dan ngakalinnya, lalu adjust pelan-pelan dengan lingkungan. Misalnya, hampir selama di Indonesia aku gak pernah bisa yang namanya masak. Ketika punya 'kerajaan' sendiri dan memutuskan untuk gak pakai helper, ya mau gak mau aku harus bisa masak. Apalagi punya bayi, masa aku masih aja terlena dengan kejayaan masa lalu? hueheh. Untuk urusan masak memasak ini yang aku khawatirin cuma Zayd. Mau aku kasih makan apa anakku inihh kalau aku gak bisa masak. Ya pada akhirnya bisa-bisa juga masak buat suami dan anak, alhamdulillah.

Selain itu, biasanya mau kemana-mana tinggal naik kendaraan pribadi dan tinggal taruh Zayd di car seat, kalau sekarang ngandelin public transport, stroller dan gendongan kalau mau kemana-mana. Buatku gak masalah, malah seru ya naik public transport di HK. Alhamdulillah fasilitas public transportnya di sini menurutku sangat memadai (aku gak bisa bandingin dengan public transport di negara lain ya, karena pengalamanku baru di HK ini aja) dan kalau kemana-mana kita masih bisa memrediksi bakal sampai TKP dalam waktu berapa jam atau menit. Dan aku seneng banget liat ambience orang-orang di sini yang beramai-ramai naik public transport, mostly jalan kaki dan cukup tertib. Itu yang belum aku temukan di Jakarta.

Selain itu, sistem ticketing untuk public transport di HK ini sangat mudah nan praktis. Di sini, setiap orang pasti punya kartu Octopus yang bisa dipakai untuk berbagai macam hal. Dengan satu Octopus, kita bisa naik bus, MTR, tram, jajan, naik kapal ferry, kartu akses masuk rumah/apartement, bayar parkir, dan masih banyak lagi. Dengan catatan, octopusnya di top up yaa buibu 😅 kalau gak di top up ya gak bisa kepake octopusnya heheh.

***

Dari sisi fasilitas kesehatan, pemerintah HK sangat memudahkan pelayanan dan fasilitas kesehatan bagi semua penduduknya. Menurutku sih, sepengalaman yang udah aku jalanin juga cukup mudah, asal kita sudah punya HK ID semua gratis, termasuk imunisasi. Paling kita bayar administrasi saja di awal kunjungan, selebihnya setahu ku alhamdulillah gratis. Tapi kalau kita gak punya HK ID? Wassalammualaikum ya biayanya 😅 kecuali kita punya insurance kali yah. Jadi biaya kesehatan dicover oleh asuransi yang kita punya. Tadinya aku sempet was-was yang gimana gitu karena pas nyampe HK bertepatan dengan jadwal imunisasi Zayd 12 bulan. Tapi setelah dijalanin alhamdulillah lantjar.

Kalau ngomongin bahan makanan dan peralatan rumah tangga awalnya aku agak ciut yah, karena gak semua rempah-rempah ada di HK dan alat-alat rumah tangganya berbeza dengan yang ada di Indonesia. Ternyatahhhh... siapa bilang? semua ada alhamdulillah, ya walaupun harus usaha dikit buat dapetin rempah-rempah/bumbu dapur yang diinginkan karena gak di semua tempat jual/ ada. Walaupun gak ada, pinter-pinternya kita pakai barang lain sebagai pengganti yang gak ada. Dari pengalaman tersebut, aku belajar untuk gak melulu harus saklek haha.

Yang agak susah paling cari makanan yang halal yah, terutama daging dan ayam. Tapi alhamdulillah juga ternyata ada yang jual daging dan ayam halal. Untuk makanan di luar rumah, aku dan suami palingan cari aman dengan pergi ke restoran Indonesia atau makan-makanan seafood atau yaa ngemil dessert-dessert yang bahannya insyaAllah aman nan halal.

***

Balik lagi ke obrolan sesuai judul "Serba-serbi Jadi Ibu Rumah Tangga di Negara Orang", akhirnya setelah maju mundur canthique, aku dan suami memutuskan untuk (saat ini) gak hire helper. Tadinya mau bawa mbaknya Zayd, tapiii ternyata doi udah duluan minta pulang ke kampung karena mau nikah. Jadinya yauwes bismillah bisa tanpa helper. Konon HK adalah negara favorit BMI* tapi melihat kondisi apartemen yang segelindingan aja, insyaAllah masih bisa aku dan suami atasi lah ya. Lagipula kagok juga kalau ada orang lain tinggal sama kami. Tapi ini ceritanya masih punya anak satu yaa pemirsa, kalau nanti Zayd punya adek, we will seeee 😂.

Semua hal kami lakukan sendiri, termasuk belanja kebutuhan sehari-hari. Sejauh ini, urusan belanja gak bisa lagi kayak di Jakarta yang langsung belanja banyak dan langsung masukin barang-barangnya ke mobil. Di sini, kami belanja nyicil. Ya kalau belanja sama ayahnya Zayd sih masih aman ada partner nenteng belanjaan. Kalau belanja sendiri berduaan sama Zayd, wassalam deh. Alhamdulillah kita terbantu dengan keranjang dorong yang sangat bermanfaat. Walaupun sering dikira BMI (sama BMI lainnya) yang bawa anak majikan ke pasar, tapi yaudahlahhh...masa bodooo, udah kebaaal, hatiku sudah baal dibilang aku bawa anak majikaan, bukan anakkuuu. Kenapa sih mbakk kok suka banget menggeneralisasi orang Indonesia yang tinggal di HK? kenapaaa? kenapaaaa? huahuahuahuahuahua

***
Jenuh? capek? (hampir) gak waras? gak usah ditanya yaa buibu. Pasti lah ada jenuhnya, capeknya dan hampir gak waras. Gak usah lah jadi Ibu Rumah Tangga di Negara Orang, jadi ibu rumah tangga di negara sendiri aja pasti ada perasaan-perasaan itu. Atau gak cuma jadi ibu rumah tangga, jadi orang kantoran pun pasti pernah ngalamin jenuh binti capek binti gak waras. 

Nah, biasanya pelarian capekku window shopping di internet. Tapi karena pernah hampir gak waras, akhirnya kebelanja juga deh tuh barang-barang hasil window shopping. Tapi dikirimnya ke rumah di Jakarta hahahaha. Yoiii, belanjanya masih di Jakarta siss, karena masih males belajar belanja online di HK ini. Selain kendala bahasa yang ga semua orang bisa bahasa Inggris, kendala lainnya adalah aku gak bikin cc atau buka rekening di HK sini. Jadiii, alhamdulillah hasrat belanja hanya sampai di window shopping. Kecuali belanjanya di Indonesia ya hahaha. Sampai akhirnya hasil online shopping di Jakarta dan kiriman dari beberapa label yang akan aku endorse harus segara dikirim ke HK, biar cepet-cepet bisa dikerjain. Ketika mau dikirim ke HK, kendalanya adalah ONGKIR nya mahal amat weyyyy.. gak sebanding sama nilai barang yang akan dikirim. Hamdalah akhirnya dapet ekspedisi murah meriah yang cepet nyampenya juga. Soon aku ceritain di next post yaa.

***

Intinya, sebenarnya sama aja sih mau jadi ibu rumah tangga di mana aja, mau di negara sendiri atau negara orang, tinggal gimana kita menyikapinya aja. Yang namanya tinggal di lingkungan baru, pastinya kita harus beradaptasi walaupun proses adaptasi tiap orang berbeda beda ya. Ada yang cepat ada yang agak sulit. Tapi lambat laun insyaAllah pasti mulai bisa menerima kondisi dan keadaan. Maish jet lag? gak apaa... banyak ngeluh? wajarrr... mrepet terus? udah biasaaaa 😂😂😂😂 Yang jelas, hidup jauh dari negara sendiri atau mungkin jauh dari keluarga besar yang siap sedia 24 jam kapanpun dimanapun memberikan hikmah yang sangaaat besar buat aku khususnya. Harus bisa lebih mandiri, lebih tenggang rasa sama suami, kerjasama ngerawat dan besarin anak sama suami, dan pelan pelan mengikis perasaan ala abege yang membuncah buncah (maksudnya, labil). Dan jujur aja, tinggal jauh dari comfort zone keluarga besar meskipun minusnya banyak, tapi plus nya lebih banyak. Salah satunya, aku bisa nentuin apa yang mau aku kerjain duluan atau belakangan, begitu sebaliknya. Pilihan ada di aku dan suamiku sendiri. Asal ya, kita tahu konsekuensinya apa kalau memilih option option tertentu. 



See you at the next post!
Love,

Puput


*BMI : Buruh Migran Indonesia