Setelah cukup bosan dengan acara di stasiun televisi swasta di Republik tercinta ini, suatu saat aku terkesima dengan acara sekaligus pembawa berita/ news anchor di salah satu stasiun televisi baru. Menarik, karena citra yang dibawakan oleh para news anchor ini terlihat lebih smart, berpengetahuan luas, mempunyai karakter yang tegas, ga neko-neko dan bisa menyudutkan tanpa menyudutkan (yah, pahamlah ya maksudku ini). Kemudian, saking terkesima nya dengan citra pembawa acara news tersebut, aku cari tahu tentang mereka lebih dalam lewat akun pribadi social media mereka dan sampai akhirnya terdampar di salah satu blog. Ternyata blog ini milik salah satu anchor di televisi swasta tersebut.
Dari semua tulisan yang menarik, ada satu tulisan yang cukup mengambil perhatian aku. Walaupun background tulisan tersebut berasal dari pengalaman si penulis, tapi setelah membacanya aku jadi mikir.. mungkin gak ya aku bertemu dengan orang yang nge-klik baik secara emosional, spiritual dan intelektual dan kami bisa bersatu atas nama agama dan status legal dalam perundang-undangan? ya, walaupun kita tahulah bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Setidaknya aku dan partner ku nanti bisa jalan beriringan, saling mengisi dan melengkapi kekurangan serta kelebihan satu sama lain dari tiga sisi yang aku sebutkan diatas.
Agar teman-teman bisa baca juga, aku salin tulisan Marisa Anita tersebut di post kali ini ya.. dan aku ingin tahu, bagaimana tanggapan teman-teman semua setelah membaca tulisan ini.
***
Do you marry for love or for money? Apakah Anda menikahi seseorang demi cinta atau uang?
Pertanyaan ini saya lempar ke Twitter dan mendapatkan jawaban bervariasi. Ada yang menikah demi uang. Ada yang demi cinta. Ada yang demi dua-duanya. Ada yang demi masa depan. Ada yang demi orang tua. Ada yang demi seks. Ada yang demi Tuhan.
Menarik. Dan tentunya semua orang punya alasan sendiri-sendiri.
Menikah adalah keputusan besar dalam hidup kita. Ketika saya memutuskan untuk menikah karena saya jatuh cinta. Jatuh cinta dengan komunikasi antara saya dan pasangan yang seperti tak ada ujungnya.
- Karena kita memiliki kemiripan hobi dan pandangan hidup.
- Karena dia menjalankan hidup dengan passion dan mendukung penuh saya menjalankan hidup dan pekerjaan sesuai dengan passion saya.
- Karena dia memiliki kepandaian dan ketrampilan untuk menciptakan hidup yang nyaman dan berkecukupan.
- Karena dia memiliki kepandaian dan ilmu yang saya bisa pelajari begitu pula sebaliknya.
- Karena kita bisa terbuka dan apa adanya dengan satu sama lain.
- Karena kita bisa jujur mengenai semua hal — apakah itu hal yang baik atau pun hal kurang mengenakkan.
- Karena saya bisa menjadi diri sendiri — dengan segala kekurangan dan kelebihan — dan dia tetap mencintai saya begitu pula sebaliknya.
- Karena dia memiliki empati dan mampu mengajarkan empati.
- Karena dia menganggap saya sejajar; mendengarkan pendapat dan mempertimbangkan pendapat atau pandangan saya terhadap sesuatu begitu pula sebaliknya.
- Karena saya tidak pernah berhenti merindukannya ketika dia pergi dinas ke luar kota atau mengunjungi keluarga besar di negeri seberang.
- Karena komunikasi kita tidak berhenti pada hal-hal garis besar, melainkan semua topik menarik yang sedang hangat.
- Karena dia selalu makan sampai habis makanan yang saya masak apakah itu tidak enak, biasa atau enak (tergantung mood) tanpa mengeluh.
- Karena kita bisa bicara dan bercanda tentang apa saja. Saya tidak pernah merasa dia akan terganggu dengan candaan saya separah atau segokil apa pun itu, begitu pula sebaliknya. Dan yang terpenting …
- Karena saya tidak bisa hidup tanpa dia begitu pula sebaliknya.
Mungkin ini bisa menjadi sebagian dari checklist sebelum kita memutuskan untuk menjadikan kekasih kita sekarang sebagai pasangan seumur hidup. Saya yakin masih banyak lagi poin-poin yang Anda miliki untuk melengkapi kebahagiaan dalam hidup. Live for love for happiness!
***
Mostly di beberapa poin bisa bikin senyam-senyum sendiri. Sisanya masih nebak-nebak sih.. karena kami baru akan memulai nya dalam hitungan beberapa bulan (atau minggu ya?!) ke depan. Mohon doanya ya. Tapi, aku masih nunggu pendapat tentang tulisan di atas dari teman-teman yang mungkin sudah menikah atau akan menikah atau mungkin yang belum ada rencana..? who knows...
Salaam,
Puput Utami.
PS: Terima kasih unplanned mawar putih nya, dearest! ;)