Live for Love for Happiness (Part I)

April 8, 2014


Hidup dengan mensyukuri apa yang telah Allah berikan kepada kita pastinya akan membuat hidup kita menjadi lebih tenang, merasa diberkahi dengan berkah yang melimpah dari Allah, tapi jujur saja bersyukur itu easy to talk, hard to do yah?! hehehe. Saat kita membiarkan diri kita bertanya kepada diri kita sendiri tentang yang sudah terjadi kepada diri kita atau bertanya tentang situasi yang tidak sesuai dengan keinginan kita: kenapa begini, kenapa begitu, tentang suatu hal yang sepertinya semakin ditanya dan dianalisis ga akan pernah ada habisnya dan pasti membawa kita kepada hal yang semakin jauh dari akal sehat. Sehingga tanpa disadari membuat kita lupa jika Allah sudah memberikan rahmatnya yang begitu banyak kepada kita ummatnya, atau dengan kata lain lupa untuk bersyukur. Betul, memang manusia tidak akan pernah sampai pada titik puas, tapi kalau selalu bertanya atau bahkan menyesali apa yang sudah terjadi, semakin terlihat kan susahnya bersyukur?!

Berarti dengan kata lain, apakah kita tidak boleh menyesal atau apakah kita tidah boleh selalu bertanya "mengapa" kepada diri kita sendiri? boleh, tapi kasih limit kepada diri kita. Mau sampai kapan kita bertanya atau berangan-angan atau bahkan menyesali suatu hal tanpa mencari solusi nya dan mensyukuri apa yang Allah berikan kepada kita?

Untuk itu sesekali jangan lah kita terus mengikuti hawa nafsu untuk selalu bertanya ini itu yang tidak berujung tersebut. Berhentilah mempertanyakan hal-hal yang kalau kita pikirkan lagi jawabannya masih diangan-angan, tidak pasti dan tidak ada aksi dari kita untuk memperbaikinya. Cobalah rubah mindset kita, masih banyak orang yang tidak seberuntung kita. Allah sudah memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang kepada kita melalui kesehatan, rezeki yang luas, keluarga, pekerjaan yang baik, prestasi dan lain sebagainya dari hal-hal yang paling kecil sampai hal-hal yang paling besar. Berhentilah untuk terus berkeluh kesah terhadap segala sesuatu karena ingat! Allah tidak akan memberikan ujian kepada umat nya melewati batas kemampuan umat-Nya. Bismillah, syukuri saja apa yang terjadi pada diri kita, ambil positifnya, ikhtiar, karena tanpa usaha kita tidak akan pernah tahu hal ini baik atau tidak untuk kita karena Allah tidak akan membantu orang-orang yang ga berusaha. Kemudian segala niat, ikhtiar tersebut diakhiri oleh tawakal dan berhusnudzan kepada Allah. InshaAllah efeknya tidak hanya saat itu saja, tapi untuk hari-hari kita kedepannya.



Sebagai contoh, ini pengalaman saya tentang ikhtiar, tawakal kepada Allah pada saat di tanah suci. Sewaktu selesai mengerjakan tawaf diputaran terakhir, Papa mengarahkan kami untuk merapat ke dinding ka'bah secara bertahap, tujuannya mencium hajar aswad. Jujur saja saya takut melihat himpitan orang-orang yang berebut mau mencium hajar aswad itu, karena mereka semua terlihat sangat emosi atau mungkin berambisi untuk menyentuh batu yang diturunkan oleh Allah dari surga itu. Pelan-pelan dan sedikit demi sedikit kami sampai di dinding ka'bah dekat hajar aswad. Mudah? tidak, karena banyak hal terjadi di dalam kerumunan orang itu. Pernah dengar ada joki hajar aswad? ya, di sekitar hajar aswad, ditengah himpitan orang-orang banyak, ada perempuan yang menawarkan untuk membantu ibu saya mencium hajar aswad. Biasanya setelah joki tersebut "membantu" jamaah mencium hajar aswad, si jamaah ini akan dikenakan tarif yang ga kira-kira, 200 Riyal bahkan dari cerita beberapa jamaah lain ada yang sampai ribuan. Tidak jarang juga joki ini akan mengejar jamaah sampai di hotel dan memaksa jamaah untuk membayar -_- Astaghfirullah, sempat-sempatnya... waktu itu posisi ibu saya dihimpit oleh wanita ini dan tangan-tangan besar orang timur tengah yang bikin saya sebel. Takut? ya, saya takut ibu saya tidak kuat dan jatuh tersungkur di tengah kerumunan orang itu, ibu saya kecil, orang-orang itu besar. Tapi alhamdulillah papa yang berada di barisan paling depan mengomandokan kami untuk naik ke sisi Ka'bah.

Papa berhasil naik, begitu juga mama dan adik saya yang berada di belakang saya. Saya? ga bisa naik, licin, karena saya pakai kaos kaki waktu itu. Wallahi begitu saya melihat papa dan mama berhasil mencium hajar aswad saya sangat bersyukur dan  pasrah sama Allah, gapapa saya gausah cium hajar aswad yang penting orang tua saya sudah bisa mencium. Tapi kemudian mikir lagi (ditengah himpitan orang gede-gede masih sempet mikir hahaha) sayang banget hajar aswad sedikit lagi ada di depan mata, masa mau nyerah gitu aja. Bismillah, saya bilang sama Allah, "Ya Allah hamba berusaha agar bisa mencium batu surga Mu, jika engkau ridha mudahkan lah hamba menuju hajar aswad Mu, bantu hamba". Pelan-pelan saya buka kaos kaki dan dengan susah payah plus ditarik tarik orang-orang, alhamdulillah bisa naik ke sisi dinding Ka'bah. Waktu saya lihat ekspreksi adek saya, dia mesem mesem melihat kerumunan orang itu dan bilang ke saya.. "mba sini cepet naik.." dan ga berapa lama alhamdulillah dia dengan leluasa mencium hajar aswad.

Sebenarnya tinggal sedikit lagi menuju hajar aswad, tapi kaki dan tangan saya dihalangi orang-orang yang berebut mau pegang hajar aswad. Sekali lagi saya minta sama Allah, " Ya Allah, ridhai hamba jika ini baik bagi hamba ". Intinya saya pasrah, mau mati juga pasrah waktu itu. Tapi Allah jawab langsung saat itu juga, tangan dan kaki saya yang dikunci oleh orang-orang itu (dan mungkin sama si joki ini) tiba-tiba lepas, dan joki yang nawarin bantu mencium hajar aswad tadi jatuh di kerumunan orang-orang, astaghfirullah... Saya, dibantu dengan adik saya akhirnya berada di sisi hajar aswad, di lipatan kiswah di sisi hajar aswad, saya melihat orang-orang di depan saya secara bergantian mencium hajar aswad dengan mudahnya. Bismillah setelah satu-dua orang, saya langsung memasukkan kepala saya ke lubang hajar aswad itu.. mashaAllah, Alhamdulillah. Pertama-tama saya sentuh dan usap hajar aswad, ada beberapa benjolan di batu itu. Masha Allah, apa yang sering saya lihat di google ternyata nyata, ada di depan mata. Kemudian atas izin Allah saya mencium hajar aswad. Masha Allah, kalau Allah berkehendak pasti dimudahkan dan dilancarkan. Dari peristiwa itulah saya semakin percaya dengan kekuatan niat, ikhtiar dan tawakal.

Aria (di atas) membantu saya mencium hajar aswad

--------

Mungkin apa yang kita inginkan masih belum diizinkan oleh Illahirabbi, Sang pemilik hidup. Tapi tidak ada salahnya kita mempersiapkan apa yang kita inginkan itu dengan terus berdoa dan berusaha hingga Allah mengatakan "Ya" atau "Apa yang kamu inginkan kurang baik sehingga Aku akan memberikan yang jauh lebih baik dari yang kamu inginkan". Positif thinking dan bersyukur adalah kuncinya. Hidup cuma sekali toh, apa iya mau kita isi dengan hal-hal yang merugikan diri kita sendiri? so, live for love for happiness, jalani hidup dengan penuh cinta, penuh rasa syukur dan pasti kita akan menemukan arti kebahagiaan di balik itu. 

Tulisan ini adalah reminder untuk diri saya sendiri agar selalu bersyukur dan berhusnudzan terhadap segala ketentuan yang digariskan oleh Allah. Dan juga semoga bermanfaat bagi yang membaca. Oiya, selain itu artikel ini juga untuk mensupport blogging competition yang diadakan oleh Hijabers Community Jakarta yang sebentar lagi akan mengadakan Hijab Day 2014.  so prooudd to be the part of HC's family.. semoga komunitas ini semakin berkembang dan amanah dalam menjalankan misinya di jalan Allah.. aamiin YRA

Semoga bermanfaat :)
Wassalammualaikum,
xx, Puput Utami