Assalammualaikum semua nya 😘
sejujurnya tadinya, tepat saat pergantian tahun atau beberapa hari setelah pergantian tahun aku mau nulis blog tentang kegiatan yang kami lakukan saat pergantian tahun, sekalian mau bikin list apa aja yang akan jadi goals aku di tahun 2024 dan tahun-tahun yang akan datang, tapi qodarulloh semua itu hanyalah keinginan yang tidak disertai dengan kenyataan hehehe, maklumlah ya ibu-ibu pengacara (red: pengangguran banyak acara *hehe garing).
Oke anyway bytheway, di postingan kali ini aku mau cerita pengalaman bagaimana anak nomor dua (Sofia) insyaAllah sudah bisa dikatakan lulus toilet training 👏👏. *Plis banget aku gak jumawa ya Allah, cuma mau sharing aja 😭😭 Oiya, pengalaman potty atau toilet training anak pertama bisa di baca di sini ya .
---
Jadi, intinya hal penting yang harus disiapkan kalau mau potty training itu yang paling utama adalah kesiapan dan kewarasan caregiver nya, entah itu Ibu nya, ayah nya, susternya, dan sebagainya. Kalau dibandingkan dengan abangnya, Sofia ini sedikit lebih lama. Abangnya kalau gak salah waktu itu umur 2.5 tahun sudah mulai lepas diapers. Alhamdulillah dibantu juga sama sekolah si abang waktu itu. Mereka (Teachers and ayi) menyemangati kami para orang tua kalau anak-anak pasti bisa ke sekolah tanpa pakai diapers. Berarti (menurut penafsiran ku ya), orang tua dipaksa untuk potty training juga, agar apa yang dilakukan di sekolah ga sia-sia. ya gak?!
---
Beda tempat, beda situasi, beda keadaan.
Entah kenapa, di masa potty training Sofia ini rasa percaya diriku tuh ga penuh. Beda sama waktu Zayd dulu. Padahal yang namanya sounding tuh selalu dilakukan sejak pascamenyapih. Pelan-pelan aku mulai mengumpulkan niat dan ikhtiar. Tapi seringnya mungkin karena udah capek duluan sama urusan domestik, jadi mau mulai potty training tuh jadinya ntar-ntaran aja. Karena ya tau sendiri, kalau potty training pasti ada drama pee dan poop dimana-mana lah, terutama di bagian "mensucikan najis" tuh yang berat banget. Jadi aja ujungnya pakein diaper lagi, lagi dan lagi.
Sampai cari cara gimana biar Sofia ini excited untuk pee di toilet. Salah satunya cari potty yang ada tangga nya atau cari step stool biar dia langsung bisa duduk di closet nya. Alhamdulillah ada progress walaupun sedikit. Sofia ini orangnya ekspresif sekali. Begitu aku beliin potty buat ybs, dia langsung happy to the fullest, langsung mau cobain potty nya.
Hal yang paling repot ketika men-train-ing baby girl untuk pee dan poo di toilet adalah ketika berada di luar rumah, karena kalau perempuan ke toilet gak bisa berdiri ya, mesti duduk di toilet. Syukur-syukur ada toilet jongkok, jadi kami bisa pakai toilet tersebut. Sedangkan kalau di toilet umum di daerah kami tinggal, atau bahkan mayoritas toilet umum saat ini menggunakan model toilet duduk. Gak higienis menurutku.
Sampai akhirnya aku antar Sofia pee di salah satu mall di Jakarta, lalu masuk ke toilet yang ada gambar anak-anaknya. Dilalah ternyata ada potty di sana. Praktisku, jarang ada yang pake deh potty ini dan pasti sering dilap sama mbak penjaga toiletnya. Dari situ, aku kepikiran beli potty travel yang bisa dibawa kemana-mana. Jadi, kalau mau pee di toilet umum tinggal pake potty yang kita bawa, nanti pinggiran toilet dewasanya kita alasin plastik atau tisu. Alhamdulillah, ternyata memang membantu sekali potty travelling ini.
Kira-kira sejak quartal terakhir tahun 2023 lalu, Sofia ini udah sering ngeluh gak betah pakai diapers. Tapi rupanya dia masih belum bisa tahan kalau mau buang air, terutama poo karena beberapa kali udah keburu bocor di depan toilet. Nah di sini aku rajin nanya dan lebih peka kalau Sofia ada gelagat mau buang air. Termasuk juga mengajak si Ayah dan Zayd untuk bersama-sama menyukseskan program Sofia lepas diaper as soon as possible hihihi. Ya walaupun ujungnya kita lagi kita lagi yang gerak 😏.
Masuk tahun 2024 tiap Sofia dipakaikan diaper seringnya nolak, "Aku ga mau pake diaper, aku bukan bayi Ibuuuuk" begitu katanya. Sampai suatu hari di tengahnya deras hujan, aku terjebak gak bisa ke parkiran pascajemput Sofia di sekolah. Jadinya balik lagi deh ke kelas sambil nungguin hujan reda, kebetulan di kelas masih ada teacher. Biasalah ya, namanya juga ibu-ibu, jadilah ngobrol panjang lebar sama teacher (sekalian belajar teknik sabar dari guru-guru PAUD haha), sampai pada titik dimana aku nanya "teacher, di kelas ini berapa orang yang masih pakai diaper?". Dengan sigap teacher menjawab "tinggal Sofia dan satu lagi boy, Ibu", langsung lah kita terkezutt (hahaha) dan makin membulatkan tekad. Kebetulan Sofia di rumah sudah dalam fase gak pakai diaper lagi, buang air sudah mulai pinter ke toilet sendiri, pasang potty sendiri, dll. Cuma, aku masih pakaikan diaper waktu tidur malam dan keluar rumah.
Kira-kira progress nya sudah 80% menuju sukses potty training. Tinggal aku menyiapkan mentalku saja untuk membiarkan Sofia tidur malam tanpa pakai diaper, tanpa worry kalau-kalau Sofia ngompol di kasur saat tidur dan nerimo ben ikhlas kalau kejadian kasur basah karena ngompol. Tapi ikhtiar agar gak ngompol di kasur tetap dilakukan. Misalnya, sebelum tidur diusahakan buang air dulu, begitu Sofia bangun pagi langsung dibujuk ke toilet, dan apresiasi jika berhasil tidur tanpa ngompol dan buang air di toilet.
Bagaimana hasilnya?...
Alhamdulillaah so far insyAllah Sofia sudah 90% 'disapih' dari diaper hahahaha. Pernah ngompol sekali gara-gara sebelum bobo malam, Sofia sudah ke toilet, tapi udahannya minum air mineral lagi dan itu buanyak banget. Belum sempat aku pakaikan diaper pula karena akunya ikutan ketiduran setelah itu heheh. Tiba-tiba tengah malam kebangun karena ingat Sofia belum dipakaikan diaper. Pas selimutnya dibuka, waw basah. Dengan terpaksa dan daripada doi masuk angin dan najis nya kemana-mana, aku bangunin Sofia dan bawa ke toilet untuk dibersihkan najisnya, mensucikan perangkat tidurnya, (terpaksa) memakaikan diaper lagi sambil agak sedikit negosiasi dengan anak yang masih setengah tidur tentang kenapa dipakaikan diaper lagi dan kenapa dia sementara ga tidur di kasurnya sendiri, dan sebagainya. Rewel ga? ya rewel dong, apalagi tengah malam kita semi mandiin dia dan ganti baju dia. Tapi harus dilakukan hiks.
Sejak saat itu alhamdulillah progres melepas diaper semakin baik dan Ibu sudah mulai pede bawa Sofia ke luar rumah tanpa memakaikan diaper. Alhamdulillah juga udah bisa pasang potty sendiri di toilet, tapi belum bisa thaharah yaa.. pelan pelan pak supirr hihihi
---
Oiya, ada satu kisi-kisi dari ustadzah Nurhamidah tentang bagaimana mengajarkan anak potty training.
Awalnya Ustdzh tanya, menggunakan diaper itu niatnya untuk; pertama, menampung air (pee dan poo) atau kedua, agar anak pipis gak berceceran? Kalau niatnya yang pertama, berati kalau anak-anak yang lagi pake diaper itu lewat depan kita ketika solat atau sedang nempel bersama kita, hukum diaper itu bisa jadi najis (karena sifatnya menampung air seni, yang mana air seni itu najis). Sedangkan jika niatnya yang kedua, bisa jadi tidak najis, karena ketika niatnya agar pipis tidak berceceran, maka ketika anak pipis otomatis kita akan berusaha untuk mengganti diaper tersebut (tidak menunggu sampai air seni penuh di dalam diaper).
Nah, daripada kita mentraining anak kita dengan mengajak mereka ke toilet setiap 15 menit atau 30 menit sekali (agar mereka "mengenal" konsep buang air ke toilet) yang mana kadang anak-anak itu sebel kenapa dia diajak ke toilet terus dan lama-lama jadi ogah diajak ke toilet, lebih baik, sedari dini kita ajak anak untuk bersuci setiap adzan berkumandang. Jadi, menurut ustadzh Nurhamidah, tiap masuk adzan, kita ajak anak kita bersuci, sambil ajak buang air, setelah itu ajak berwudhu, dilanjutkan dengan solat bersama. Dari kegiatan tersebut, anak-anak akan terbiasa ketika mendengar adzan berkumandang, langsung bersuci, insyaAllah gak makan waktu lama sampai anak bisa buang air di toilet. make sense sih menurutku.
Jadi tips potty training ala aku adalah,
- Siapkan mental diri sendiri dulu
Penting! karena kita akan dealing sama berbagai problem terutama NAJIS ; banyak baca soal thaharah. Kalau kita sudah siap insyaAllah apapun halangannya akan teratasi. - Jika memungkinkan, bisa kita siapkan potty untuk diletakkan di atas toilet duduk. Akan lebih mudah kalau kamar mandi kita pakai toilet jongkok, jadi gak perlu tool.
- Sounding terus tanpa lelah, utamanya sebelum tidur dan ajak ke toilet saat bangun tidur
- Lower your expectation, prepare for the worst. gak usah dengerin anaknya si itu berhasil potty training cuma 3 hari, seminggu, atau sekali diajarin langsung mau, etc. enjoy the process
- Minta kerjasama warga rumah ya buibu/ pak bapak, agar program potty training berhasil sukses
- Sabaarr
- Jangan lupa anaknya kasih apresiasi kalau berhasil pipis atau poop di toilet. Dijamin mesam-mesem doi.
- Ikhtiar udah, tinggal tawakkalnya.
Bagaimanapun cara yang diambil, insyaAllah potty training bisa kita lewati yaa ibu-ibu bapak-bapak, semangatttt! KALIAN BISA!
Did she make it? Alhamdulillahh.. yess!!
Love, Puput.