Wedding Organizer, Memangnya Perlu?

December 20, 2025



Alhamdulillah wa syukurillah, hajatan yang persiapannya panjang ini akhirnya terlaksana. Terlepas dari segala kurang lebihnya yah, acara hajatan akbar ini berlangsung dengan lancar dan tanpa kendala satu apapun. Selain dua keluarga (utamanya sohibul hajat), pihak yang patut diacungi jempol adalah sang Wedding Organizer (WO). (perlu digaris bawahi, postingan ini bukan postingan berbayar ya hoho)

Anyway, jujurly aku awam soal per-wedding organizer-an ini. Sering mempertanyakan apa sih pentingnya WO kalau kita semua yang sudah ngurusin segala hal tetek bengek langsung ke vendornya, ya gasih. Karenaa... waktu aku nikahanpun, gak pake jasa WO walaupun jumlah tamu ada sekitar 1500 pax. Tapi pada saat acara berlangsung kami dibantu oleh tim keluarga yang kebetulan punya personil untuk menghandle acara dan jujur aja waktu itu aku terima beres HAHAHA.. apa itu bridezilla? :p

Pengalaman pertama bersentuhan dengan WO ini saat pernikahan adikku yang pertama. Tidak terlalu punya experience yang berarti, karena pernikahan tersebut pada akhirnya harus dilakukan dengan sangat terbatas, mengingat saat itu sedang ada pemberlakuan pembatasan kegiatan karena pandemi Covid sedang naik daun. Saat itu aku melihat WO ini ngebantu banget dalam menghandle mobilisasi keluarga dan sebagai timer agar acara berjalan tepat waktu. (catatan : ini adalah POV aku sebagai anggota keluarga yang tidak ikut campur dalam teknis acara ya) 

Pengalaman kedua dengan jasa WO adalah ketika adik kedua ku bertunangan. Nah di sini karena kebetulan aku jadi PIC keluarga inti, jadi items keperluan keluarga dari pihak aku, rundown acara  dan semua yang berkaitan dengan keluarga CPP dalam koordinasi aku. WO ini selain membantu dalam arrangement acara, juga menjadi jembatan atau pihak ketiga antara keluarga ku dan keluarga calon iparku kala itu. Segala keperluan yang berkaitan dengan keluarga calon iparku cukup aku tanyakan ke WO, nanti WO nya yang menghandle nya untukku. Pada saat hari H acara juga WO ini yang kasi masukan ini itu dan yang sigap kalau kami perlu sesuatu.

Pengalaman ketiga ini yang rasanya aku bisa melihat lebih dekat dengan cara kerja WO di acara pernikahan adikku yang kedua. Begini ceritanya (ehm.. )

Sekitar dua atau tiga bulan sebelum hari H, aku diminta mengisi list/ detail PIC, info mengenai vendor-vendor yang aku handle, siapa saja yang nanti akan berperan dalam acara pernikahan, pokoknya segala detail dan keperluan keluarga besar pada saat acara pernikahan harus disampaikan kepada pihak WO. Sebulan sebelum hari H kami mengadakan rapat keluarga: keluarga CPW, keluarga CPP dan pihak WO. Gunanya untuk menyatukan informasi dari kedua belah pihak, baik pihak CPW dan pihak CPP, agar ketika nanti final meeting H-2 minggu, kedua belah pihak keluarga ini sudah ada dalam posisi satu suara. Sekali lagi pihak WO meminta informasi sedetail mungkin kepada pihak keluarga dan berkoordinasi dengan vendor-vendor yang berpartisipasi dalam acara. Nah, WO ini tidak hanya terima follow up yang dikerjakan oleh pihak keluarga, tapi juga follow up langsung ke vendor-vendor yang sudah keluarga pilih sebelumnya.

Dua minggu sebelum hari H, ada technical meeting bersama semua vendor (TMV), dan acara TMV ini berlangsung dalam handling WO/ bukan inisiatif dari keluarga : Memastikan dimana akan dilaksanakan TMV (biasanya TMV ini diselenggarakan di gedung dimana acara pernikahan akan berlangsung), ada konsumsi nya atau tidak, berapa orang yang akan hadir, memastikan para PIC dari masing-masing vendor hadir, pokoknya di TMV ini, semua pihak yang terlibat termasuk di dalamnya security juga hadir, sehingga semua tahu garis besar acara ini akan berlangsung seperti apa.

H-2 atau H-3 komunikasi aku dan ketua panitia dari pihak CPP dengan WO makin intens, khususnya untuk urusan keluarga CPP dan item-item yang menjadi tanggung jawab pihak CPP. Di sini grup chat WO semakin ramai. Masing-masing PIC dari WO mengenalkan diri lengkap dengan tugasnya nanti pada saat hari H. Bahkan, mereka minta nomor telfon masing-masing anggota keluarga agar mereka bisa berkomunikasi langsung dengan personil keluarga tersebut dan data nomor telfon yang sudah dikumpulkan tidak hanya sebagai penggugur kewajiban si WO dalam mengumpulkan data saja, mereka benar-benar menghubungi kami semua satu-satu. Dari situ sih aku baru nyadar "Oh.. gitu ya cara kerja WO yang benar 😂"

H-1 aku dihubungi oleh pic WO yang menghandle keluarga inti CPP kalau harus standby di gedung acara pukul 3.30 pagi untuk mulai make up, di situ aku yang HAHAHAHA PAGI BENER KAKAAKK, mohon maaf akuh bukan pengantennyaaa, tapi karena begitu kondisinya yasudah kita bagi tugas dengan suami untuk handle anak-anak saat aku sudah pergi ke gedung.

Hari H pukul 02.54 ada notif chat whatsapp masuk "pagi mba, apakah mba udah bangun? hehe aku udah mau sampai balsam ya". Batinku, wah.. bener bener nih WO total bener 😂.
3.20 pagi aku berangkat dari rumah, karena kebetulan rumahku belakang-belakangan sama tempat acara ya, tapi karena harus muter cari jalan keluar komplek yang gak ditutup (karena kepagian shay, gerbang komplek belum buka) akhirnya aku, mamaku, papaku dan cpp sampai di TKP sekitar jam 3.35 disambut oleh kakak PIC keluarga ku yang udah siap banget bekerja.

Melewati bapak-bapak yang sedang bekerja menyelesaikan dekorasi acara dan pelaminan, akhirnya aku sampai di ruangan VIP make up. Di sana sudah ada MUA akyu dan MUA yang handle mamaku  😂😂 dengan kondisi sudah ada wudhu (karena belum adzan subuh shay) aku langsung mulai make up. Lalu nanya ke mba MUA "mba, aku telat berapa menit?" | "16 menit kak" hahaha. pokoknya pagi itu rasanya pengen ketawa ajaa.. karena pagi banget make up nyaaa.

Oiya, PIC keluargaku ngapain? dia yang bantu susun barang-barang keluargaku yang mau dipakai, sungguh sangat terbantu sekali. Selagi aku make up, PIC keluargaku juga berkomunikasi dengan adik-adikku yang lain karena jam giliran make up nya sudah mau selesai. Pokoknya ada hal apapun, termasuk nyariin sepatu adikku yang terjatuh di tempat parkirpun dibantu sama PIC keluargaku inih 😅 Jujur aku tipe orang yang sat set ya, nah si WO ini lebih sat set dari aku, ibarat judul film, ini tuh film "Yes Man".

Setelah akad berlangsung, aku diinfo kalau lokasi make up aku diganti di ruangan VIP lainnya, yang berarti aku harus pindahin barang-barangku dari ruangan sebelumnya ke ruangan berikutnya dong. Aku bilang "oke, kita pindahin barang-barangnya sekarang", dijawab "sudah aku pindahin semua barang-barangnya ke VIP 2 mba", katanya dengan gendongin tas aku kemana-mana. Dan pas aku cek, bener aja semua sudah tersusun rapi 😂😂 wah mamaku yang dewa nya sat-set juga terpesona melihat ke gercepan pic ku yang satu itu.

Oiya, kembali lagi ke cara kerja WO yah. Aku baru tahu juga kalau semua progress acara diupdate di dalam grup chat WO. Mulai dari personil pertama WO yang hadir di lokasi, jumlah tamu hadir, proses catering dan seterusnya sampai jumlah papan bunga terdokumentasi dengan baik, sehingga seluruh pihak keluarga terupdate. Jujur sih baru terbuka mataku dengan cara kerja event organizer yang seperti ini. Menurutku pakai jasa WO ini sangat membantu dalam jalannya sebuah acara agar acara tersebut berjalan dengan baik, pemangku hajat happy, vendor-vendor happy, WO nya juga happy. 

---
Lalu balik lagi ke pertanyaan yang ada di judul postingan ini. "Wedding Organizer, memangnya perlu?"
Menurutku, perlu banget guyss. Kalau budget mumpuni dan kamu gak mau pusing handling sebuah acara sampai ke hal hal terkecilnya sekalipun, bisa pakai jasa WO. Karena kadang kalau handle acara sendiri hal-hal printilan suka lupa saking banyak nya yang harus dipikirin. Kalau ada WO, mereka yang bantu mengingatkan hal-hal kecil tapi penting pada saat acara.

Pun jika kamu gak pakai WO, kamu bisa kerahkan tenaga keluarga untuk bantu handling acara kamu and thats okaaay! tapi tetap harus ada ketua panitia yang mengatur jalannya acara, sehingga koordinasi nya tetap berjalan dengan baik.

---
Wedding Organizer ini kalau aku gak salah juga banyak jasa yang ditawarkan. Kalau kamu mau menyerahkan semua kepemilihan vendor yang mau dipakai pada saat acara, atau bahkan kepengurusan ke KUA juga di handle lewat Wedding Organizer juga bisa loh. Tapi ya ada tentu saja kalau ada extra jasa, ada extra biaya juga ya boen. Bisa juga kok kalau kamu memilih reach-out dan deal dengan vendor-vendor nya sendiri, nanti daftar vendornya tinggal kamu kasih ke pihak WO, nanti WO yang akan berkoordinasi dengan vendor tersebut sampai dengan acara berlangsung.

---
Berhubung sekarang-sekarang ini lagi viral ada WO yang gak amanah (sampai dilaporkan ke kepolisian loh), maka ada baiknya jika mau menggunakan jasa WO, cari tahu reviewnya terlebih dahulu. Lihat portofolionya, tanya langsung ke WO nya, kalau perlu kamu kontak deh orang-orang yang pernah bekerja sama dengan WO yang hendak kamu pilih, tanya pendapatnya bagaimana dengan WO tersebut atau biasanya vendor-vendor pernikahan itu sudah kenal dengan WO yang berseliweran di dunia pernikahan, teman-teman juga bisa tanya vendor-vendor tersebut kira-kira WO ini kenal gak dan bagaimana performa nya WO tersebut dari sisi vendor.

Kurang lebih begitulah kesan-kesanku dengan kehadiran Wedding Organizer di acara pernikahan adikku kemarin. Buat yang mau melangsungkan pernikahan, semangat yaaa!! semoga persiapannya lancar. muach!


Salaam,
Puput Utami

Satu Hari di Bandung

October 1, 2025

 







Akhirnya kita nyobain naik whoosh ke Bandung! Yaaay.. alhamdulillah. Berangkat ba'da subuh dari rumah karena kami ambil jam kereta paling pagi, biar nanti ke Bandungnya bisa maksimal. Alhamdulillah bun anak-anak kami sangat kooperatif dan semangat. H-1 sudah dijelaskan teknisnya seperti apa ke anak-anak; harus bangun jam sekian, langsung mandi, solat subuh, sarapan sudah disiapkan, langsung naik mobil dan berangkat ke stasiun Whoosh di Halim sana. 

Oiya, kami ke Bandung ber-tiga: Aku, abang Z dan adik S. Kenapa Ayah engga ikut? obviously karena hari kerja dan Ayah belum bisa ambil cuti. Kenapa harus hari kerja? ya gapapa karena aku maunya gitu hahaha. Intinya alhamdulillah Ayah mengizinkan kami pergi bertiga ke Bandung naik Whoosh. Untuk pengalaman anak-anak juga kan ya, alhamdulillah ada rezeki sehat, rezeki lancar dan rezeki teman-teman yang juga mau jalan-jalan ke Bandung naik Whoosh. yasudah kenapa tidaks, cusss kita langsung beli tiket.

--

Sampai di Stasiun Kereta Cepat di Halim, agak deg-degan juga ya jujur, bawa dua anak mainnya agak jauhan pula hahaha. Pas udah mau naik eskalator menuju gate, dari kejauhan melihat wajah familiar agak kebingungan sambil liat handphone. Langsung nyuruh anak-anak panggil "tante Dila" yang kenceng HAHAHA. Alhamdulillah langsung nengok sambil sumringah wkwkwk. 

15 menit lagi ke keberangkatan kereta. 

Teman kita satu lagi ternyata belum menginjakkan kaki di stasiun, untungnya kita 'rada-rada' ya orangnya. Dari pada ber 6 ketinggalan kereta, jadi kami ber-4 masuk duluan ke gerbong kereta. Alhamdulillah kami ber-4 duduk sesuai formasi, tinggal 2 kursi kosong di samping Dila yang sedang menunggu penumpangnya datang. Then, 5 menit lagi menuju berangkat.. Alhamdulillah yang ditunggu-tunggu datang juga. Lega ga jadi beli tiket lagi hahaha

Perjalanan Halim-Padalarang* (lupa turun dimana :p) memakan waktu sekitar 30 menit. Sampai di stasiun langsung naik feeder lagi ke stasiun Bandung. Agak ngos-ngosan selama perjalanan, KARENA? tentu saja sambil ngangon anak-anak yang ngacir duluan ke sana ke mari. untung ada tante Dila yang saat itu bebas tugas dari anak-anaknya sendiri :p.

Sampai di stasiun Bandung, datanglah sebuah mobil berwarna merah menjemput kami.. Yaaay! Kami dijemput oleh tetangga rasa sodara yang siap membawa kami blusukan di kota Bandung, teh Tika!. Lalu, perjalanan kami di Bandung pun dimulai.

First stop.

Alasan utama ke Bandung selain ngajak anak-anak nyobain naik Whoosh, tentu saja mau blusukan ala warlok dan jadi anak kalcer Bandung hihihi (ngikik). Jadilah kami sarapan di Kopi Moyan . Tempat sarapan yang sekilas menu nya nampak mini tini biti dan harganya murah meriah, ternyata sangat teramat mengenyangkan. Untungnya bunda sudah atur strategi biar gak mubazir, yaitu dengan makan tengah. Tapi walaupun makan tengah, tetap saja begahh. Ber 8 kalau gak salah habis Rp 200.000-an.

Second stop.

Biar makanan di perut kami turun dulu, kami mampir ke Primarasa yang lokasi nya ga jauh dari Kopi Moyen. Sekitar 10 menit sampai di TKP lah kira-kira. Di depan Primarasa, ada toko furniture lucu, jadi sebelum itu kami mampir dulu lihat-lihat (kalau bahasa jaman sekarang, Rohana - rombongan hanya nanya cenah 😂). Ya kami harus atur kekuatan kalau mau belanja banyak karena selain bawa dua anak, kita juga memperhitungkan kerempongan selama perjalanan di stasiun kan ya boennn wkwk #alasan. Setelah dari toko furniture, lalu kami ke Primarasa. 

Third stop.

Setelah dari Primarasa, biar tetep berasa kalcer bin gahul, kita mampir ke Mr.Quilting . Tempat jual tas puff yang lagi hype dan menurutku harganya okelah. Pengen beli tapi aku bingung beli yang mana hahaha. Karena bingung mau beli yang mana, jadi nyuruh temen-temenku yang pilihin. 

Fourth stop.

Feby (yang tadi hampir ketinggalan kereta) yang kebetulan ada saudara di Bandung dan mereka mau bertemu. Jadi kami ngekor semua deh ke Wheels Coffee Roastery. Di sini gak mau makan tadinya, karena kami udah ada itin mau makan dimana setelah dari Wheels ini. Tapih, mohon maaf kalau bawa anak-anak gak bisa ditahan-tahan, jadilah keluar deh itu buku menu. ngemiiiil lah anak-anak tersebut. yang tadinya cuma pesen 2, mereka refill lagi dan lagi HAHAHAAH. 

Fifth stop.

Kebetulan di jam ini, teh Tika harus mengantarkan anaknya yang mau les. Jadi kami didrop di tempat makan yang sudah kami sepakati sebelumnya, Boemi Mitoha. Di sini lah tempat kita makan, ngobrol, makan lagi, solat, ngobrol lagi, nunggu sampai dijemput lagi sama teh Tika. Beres makan siang, kita jalan lagi ke pemberhentian ke-6.

Sixth stop.

Ih balik lagi ke Wheels karena mau ke Heritage. Seingetku dulu pas aku jaman-jaman awal-awal kuliah, Heritage itu koleksinya bagus-bagus loh.. ternyata sekarang biasa aja. Jadi, while aku, Dila dan Feby blusukan di Wheels, teh Tika yang belum makan siang, kembali lagi ke Wheels membawa anak-anak saya kami. Tapi tetep aja ndak ada yang sreg sama koleksi Heritage.

Seventh stop.

Menuju tempat ketujuh ini, si Ayah yang lagi otw pulang kantor, nelpon hahahaha. Kirain udah pulang, ternyata.. jam 4.30 sore kami masih di Bandung 😂 Yasudah lanjut kita ke tempat viral dulu sebelum balik lagi ke stasiun Bandung. Di sekitar Jl. Asia Afrika ada penjual Bacang yang lagi hype dan baru buka jam 4.30. Saya yang sudah lelah dengan kehebringan ini, nitip beliin aja deh ke teman-reman aku. Jujur tau suami sudah otw ke rumah, jadi ga tenang hati ini hahaha, mau beli apa juga gak konsen, pengennya cepet-cepet pulang ajyaa.

Stasiun Bandung

Setelah dari Dago, kami langsung di antar menujuu St. Bandung. Cepet-cepet takut ketinggalan feeder: 3 wanita dan 3 anak rempong ini berjalan menyusuri khalayak ramai. Tiba-tiba pas lagi nunggu feeder datang, adek S glendot minta gendong "Ibuu, mau gendong"... YAK! ngantuk detected 😂😂. Berhubung bawaan banyak dan tangan kami semua udah penuh bawa gembolan, langsung deh panggil porter dan masuk ke feeder.

Sampai di feeder makin tidur si adek S. Dibangunin gak bangun-bangun.. aku hanya bisa pasrah gendong adek dari turun dari feeder sampai ke peron Whoosh. Teman-temanku sambil sibuk sendiri-sendiri, sambil ketawain kitah bawa anak.. kyk dejavu katanya 😌😌😌6 tahun yang lalu aku juga gendong-gendong abang Z kemanapun naik kereta, sambil bawa gembolan di belakang. Dan terjadi lagiiiii......


Alhamdulillah sekitar jam 06.30 sore kami sampai di Stasiun Halim. Yaaay adek S mau bangun. Sambil nungguin aku beli makan malam, abang Z solat maghrib dulu di Musholla stasiun. Semua sudah beres, dadah-dadah sama travel buddies, dan kita pulang dengan perasaan senaaaang hihihi alhamdulillah.

Seruuu.. tapi lain kali aku pergi sendiri sama temen-temenku boleh ya Ayaaaaaah xixixixi